Semangat nasionalisme dan Semangat kebangsaan
1.Tahun 1602
Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.https://id.m.wikipedia.org
2.Tahun 1808
Sejak tahun 1808 hingga 1811 Nusantara dipimpin oleh seorang gubernur jenderal bernama Herman Willem Daendels. Ia ditunjuk oleh pemerintah belanda untuk menguasai Jawa.
Tugas utama Daendels adalah mempertahankan tanah Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Di samping itu, ia juga bertugas memperkuat pertahan dan memperbaiki administrasi pemerintah Nusantara, terutama Jawa.
Adapun kebijakan di bidang pertahanan dan keamanan yang dibuat Daendels guna mempertahankan tanah Jawa dari Inggris adalah:
1. Mendirikan benteng-benteng pertahanan baru
2. Mendirikan pangkalan angkatan laut di Anyer dan Ujungkulon.
3. Meningkatkan jumlah tentara dengan mengambil orang-orang pribumi sehingga jumlahnya menjadi 18.000 orang.
4. Membangun jalan raya Anyer-Panarukan yang memiliki panjang sekitar 1.100 km.Daendels bahkan menerapkan sistem kerja paksa bagi masyarakat Indonesia. Sistem tersebut lebih dikenal dengan istilah kerja rodi.
3.Tahun1828
Tanam paksa terjadi pada masa pemerintahan Van den Bosch dari pemerintah kolonial Belanda.Sistem tanam paksa adalah sistem yang mengharuskan rakyat melaksanakan proyek penanaman tanaman ekspor di bawah paksaan pemerintah kolonial sejak tahun 1830.Sistem tanam paksa pada masa penjajahan Belanda disebut cultuurstelsel. Istilah cultuurstelsel sebenarnya berarti sistem tanaman (culture system atau cultivation system).http://detik.com
4.Tahun 1860
Adalah tahun terciptanya buku max havelaar. Penulis buku max havelaar adalah Eduard Douwes Dekker. Eduard Douwes Dekker dikenal dengan nama pena Multatuli. Sementara, Ernest Douwes Dekker juga dikenal dengan nama lain yaitu Danudirja Setiabudi.Usut punya usut, nama Multatuli berkaitan dengan pesan yang ingin ia sampaikan dari buku max havelaar. Sebelumnya, Eduard Douwes Dekker sempat bekerja di kantor pemerintahan Belanda di Indonesia.Penulis max havelaar ini menemukan banyak penyelewengan tanam paksa dan aturan hukum yang merugikan. Di sinilah ia mulai menulis untuk rakyat.Max Havelaar merupakan novel satir yang berisi kritik atas perlakuan buruk penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda. Pada tahun 1860, buku ini diterbitkan dan membuat gempar orang-orang.http://detik.com
5.Tahun 1908
Kebangkitan nasional Indonesia pertama kali ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Budi Utomo lahir pada 20 Mei 1908 di Jakarta.Budi utomo adalah organisasi yang dibentuk oleh beberapa mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Arsten). Tokoh pendiri Budi Utomo di antaranya Dr Soetomo, Soeraji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan lainnya.
Namun, pendirian Budi Utomo tidak lepas dari peran dr. Wahidin Soedirohusodo.Lahirnya Budi utomo diawali dengan pertemuan antara pendiri Budi Utomo dengan dr. Wahidin Soedirohoesodo. Saat itu, dr. Wahidin mencetuskan ide untuk mencerdaskan bangsa melalui 'studiefonds' atau dana pendidikan agar tidak mudah diadu oleh penjajah.Setelah rangkaian diskusi, akhirnya perhimpunan Budi Utomo dibentuk. R. Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji Tirtonegoro, Gondo Soewarno, Soelaiman, Angka Prodjosoedirdjo, M. Soewarno, Mohammad Saleh, dan RM.Goembrek adalah sembilan orang yang mendirikan Budi Utomo. Meski kemudian, pengurus besarnya dijabat oleh orang-orang lebih tua yang bergabung.Sejak awal, Budi Utomo memiliki prinsip untuk mencerdaskan bangsa, maka memang sengaja tidak berkenaan dengan politik. Budi Utomo meyakini banyak hal yang diperlukan dan harus tetap bekerja sama dengan pemerintah. Terbukti, dari tahun 1908 sampai 1926, Budi Utomo masih bergerak di bidang sosial dan budaya, tidak menyentuh politik. Pergerakan Budi Utomo berakhir pada 1935 saat organisasi ini melebur ke Partai Indonesia Raya (Parindra) yang dipimpin oleh Soetomo.http://detik.com.
6.Tahun 1928
Adalah tahun lahirnya sumpah pemuda. Sumpah pemuda lahir pada tanggal 28 oktober 1928. Sumpah Pemuda ini lahir dari sebuah Kongres Pemuda Kedua yang digagas Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan organisasi berisi kumpulan pelajar dari seluruh Indonesia.
Kongres Pemuda Kedua itu digelar sejak tanggal 27 Oktober 1928, dan dibagi dalam tiga kali rapat. Setiap rapat dalam kongres ini dilakukan di tempat yang berbeda dan dipimpin Soegondo Djojopuspito.
Rapat pertama digelar pada Sabtu, 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Dalam acara itu, Soegondo menyampaikan harapan agar Kongres Pemuda Kedua dapat memperkuat semangat persatuan para pemuda.
Setelah selesai rapat pertama, Kongres Pemuda Kedua dilanjutkan dengan rapat kedua pada Minggu, 28 Oktober 1928. Rapat kedua ini digelar di Gedung Oost-Java Bioscoop yang dulunya berada di Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Rapat kedua ini membahas persoalan pendidikan dengan pembicara Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro. Keduanya sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Rumusan itu kemudian menjadi sumpah setia yang berbunyi:
Pertama, Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedua, Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga, Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
7.Tahun 1945
Komentar
Posting Komentar